Studi terbaru menemukan, orang-orang yang dalam awal kehidupannya waktu kecil sering mendapatkan paparan stres, lebih mungkin untuk menjadi orang yang doyan makan ketika beranjak dewasa. Ketika orang tersebut mendapatkan masalah yang membuatnya stres, tubuhnya merespon stres dan kecemasan dengan menjadikan aktivitas mengonsumsi makanan sebagai alat untuk “menyamankan” diri.
Inilah yang kemudian membuat seseorang mengalami masalah obesitas di usia dewasa. “Makanan kenyaman” dijadikan alat untuk pelampiasan terhadap setiap masalah yang dihadapinya. Semakin orang tersebut tertekan secara batin, maka nafsu makannya menjadi ikut meninggi. Stres emosional direspon dengan cara yang tidak sehat.
“Ini adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa preferensi “makanan kenyamanan” dapat meningkat sesuai dengan paparan stres awal (kehidupan)”, kata Tania Machado, pemimpin studi, seperti dikutip Times of India.Respon hormonal terhadap stres ini memainkan peran dalam peningkatan preferensi untuk jenis makanan. Wanita adalah golongan yang lebih mudah mengalaminya. Saat stres, hormon kortikosteron meningkat dan sekaligus memicu seseorang untuk mencari beragam makanan untuk dikonsumsi demi memberikan kenyamanan pikirannya. Bahkan, kehadiran makanan ini dianggap ibarat bentuk terapi stres. Hanya saja, hal tersebut bisa menaikkan berat badan dengan tidak terkendali. Akibatnya, berbagai masalah akibat obesitas pun mengancam.
Studi ini memberikan informasi positif untuk memberikan pengalaman menyenangkan yang lebih banyak kepada anak-anak. Anak-anak yang kerap mendapatkan stres sejak dini bisa berimbas pada kondisi psikologisnya saat dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar