Di indonesia, reog jenis ini mulai diperkenalkan secara nasional oleh kelompok Reog BKAK, sebuah kelompok dari polri. Para pemain yang terkenal saat itu adalah Mang Udi, Mang Diman, Mang Hari dan Mang Dudung. Dan sekitar tahun 1967 muncul perkumpulan Reog Wanita dengan tokohnya adalah Pak Emen dan Ibu Anah.
Ciri khas dari kesenian Reog ini adalah menggunakan dogdog (gendang) yang ditabuh dengan diiringi oleh gerak tari yang lucu serta lawak dari para pemain lainnya. Biasanya disampaikan dengan pesan-pesan sosial dan keagamaan. Kesenian reog dimainkan oleh empat orang, yaitu seorang dalang yang bekerja mengendalikan permainan, wakilnya yang ditambah oleh dua orang lagi, serta yang lainnya berperan sebagai peran pembantu. Peran dalang adalah memainkan dogdog berukuran 20 cm yang disebut dogdog Tilingtingtit, sedangkan wakilnya memainkan dogdog berukuran 25 cm yang disebut Panempas, pemain ketiga memainkan dogdog berukuran 30-35 cm yang disebut Bangbrang dan pemain keempat memainkan dogdog berukuran 45 cm yang disebut Badublag. Untuk memainkan beberapa lagu ada pula penabuh waditra dengan perlengkapan seperti dua buah saron, gendang, rebab, goong, gambang, dll.
Namun berbeda halnya dengan reog zaman dulu dengan saat ini. Reog saat ini sudah dikembangkakn terlihat dari jumlah personil dan alat musik yang digunakan. Alat musik yang dipakai pada Reog saat ini seperti Reog atau biasa disebut dogdog atau juga ogel yang terdiri dari Dalang, wakil, beungbreung, gudubrag, dan kecrek (markis). Sedangkan pada alat musik yang digunakan biasanya seperti kendang, goong, terompet, kecapi, keyboard bahkan gitar.
Semakin berkembangnya zaman, reog untuk di wilayah perkotaan mungkin sangat jarang ditemukan, namun reog masih banyak disenangi oleh masyarakat di pedesaan. Namun untuk menemukan pemain dan kelompok organisasi reog sudah semakin sulit ditemukan. Kalaupun ada mungkin biasanya dari kelompok organisasi generasi tua. Pertunjukan dari reog itu sendiri sudah sangat jarang karena sudah sangat jarang minat masyarakat untuk meminta mereka tampil.
Padahal jika terus kita lestarikan dan kembangkan, kesenian reog sunda ini masih bisa muncul dalam festival budaya yang dapat mengangkat nama kesenian khas daerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar