Penunjukkan Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Gita Wirjawan dinilai tak mengejutkan. Pasalnya, kedua orang itu dinilai memiliki latar belakang yang mirip. Lutfi maupun Gita dikenal sangat dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Buat SBY, mereka berdua sama-sama sebagai 'All the President's Men'," ujar ekonom Dradjad Wibowo saat dihubungi, Rabu (12/2/2014).
Dradjad menuturkan, latar belakang keduanya yang mirip terlihat dari karir Gita yang dimulai dari sektor keuangan. Sementara Lutfi memulai dari bisnis keuangan dan sektor riil.
"Dua-duanya dekat dengan SBY, Muhammad Lutfi bahkan dekat sejak lama," kata ekonom yang juga Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu.
Dradjad tidak bisa memperkirakan kinerja Lutfi ke depannya. Namun, dia mengingatkan bahwa Lutfi tidak memiliki waktu banyak untuk memperbaiki sektor perdagangan Indonesia. Sebelum masa pemerintahan SBY berakhir, Lutfi hanya punya waktu delapan bulan. Di dalam rentang waktu itu pun akan didominasi dengan persoalan Pemilu.
"Rasa-rasanya waktunya terlalu sempit buat dia. Tapi secara politik, pilihan itu paling aman buat SBY," imbuh Dradjad.
Seperti diberitakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya mengumumkan Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Gita Wirjawan, Rabu pagi. Gita menyatakan mundur dari kabinet Indonesia Bersatu II karena ingin fokus menjalani tahapan konvensi calon Presiden Partai Demokrat.
Lutfi merupakan mantan Duta Besar RI untuk Jepang sejak tahun 2010. Pria kelahiran 16 Agustus 1969 ini menjadi CEO Mahaka Group, perusahaan yang berbisnis di bidang keuangan, pertambangan, dan media. Dia juga Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta (HIPMI JAYA).
Setelah itu, Lutfi juga terpilih menjadi Ketua Hipmi Pusat. Pada tahun 2005, Presiden SBY menunjuk Lutfi sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Setelah dari BKPM, Presiden SBY memercayakan Lutfi menjadi Dubes RI untuk Jepang pada Agustus 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar